Senin, 13 Mei 2013

“LAMUN EMBUNG DISEBUT OKNUM, CING SADAR! KABÉH RUGI KU OKNUM”


Minggu, 12 Mei 2013 sepak bola Indonesia disajikan dengan pertandingan bergengsi antara tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat dengan tim yang berasal dari Lamongan. Pertandingan bergengsi ini sebagai pertandingan pertama PERSIB di putaran kedua. Pertandingan dilaksanakan di Stadion Si Jalak Harupat sebagai Home Base PERSIB. Pada Pertandingan pertama, dalam melakoni pertandingan awaynya, PERSIB berhasil mencuri point. Menahan imbang tim sekelas PERSELA adalah hasil yang baik dan sebagai pembuktian PERSIB sekarang bukanlah tim yang jago kandang. Pertandingan pun berkesudahan dengan skor 1-1. Gol PERSIB kala itu dicetak oleh pemain bernomor punggung 23 M. Ridwan. Pertandingan tersebut pun sebagai pertandingan terakhir diputaran pertama ISL 2013 dan PERSIB berhasil masuk peringkat empat besar.

Seperti kita ketahui sebelumnya, jika PERSIB bermain dikandang sendiri, ribuan Bobotoh akan turut datang ke Stadion, bukan sekedar menonton atau meramaikan suasana pertandingan, tapi mereka datang untuk memberi dukungan dengan satu tekad “Hayang Persib Juara”.

Kedatangan Bobotoh ini sangat diapresiasikan oleh masyarakat. Apalagi jika pertandingan berlangsung di Si Jalak Harupat. Tak sedikit warga masyarakat turun kejalan merupakan sebagai bentuk nyata apresiasinya. Maka tak heran, jika jalan sekitar kopo-soreang dipadati dengan ratusan orang yang berdiri di depan gang maupun trotoar. Sepertinya Menang dan kalah bagi mereka tidak menjadi syarat untuk meluapkan kegembiraan, “nu penting ningali PERSIB”. Tak hanya itu, apresiasi masyarakat pun kepada PERSIB dan BOBOTOH juga bisa dilihat dari bagaimana masyarakat sekitar Stadion memberikan sewa lahan untuk tempat parkir. Ya sebagai simbiosis mutualisme, mereka diuntungkan dengan kedatangan kami, kami diuntungkan dengan keamanan kendaraan kami.  Nah mengpeng masyarakat sudah mengapresiasi baik kepada bobotoh, kuduna mah bobotoh oge sarua mengapresiasikan diri oge. Apresiasi paling penting mah sadar kana aturan berlaku. “Lamun embung disebut oknum, sok cing sadar, cing karunya kabeh rugi ku oknum. Lamun teu boga duit nongton diimah, tong ngarugikeun batur”

Jika masyarakat sudah mengapresiasikan kami (Bobotoh), lalu bagaimana dengan Apresiasi PANPEL PERSIB terhadap kami???

Salah satu yang berlum pernah diapresiasikan PANPEL terhadap kami yaitu, apa lagi kalau bukan soal TIKET. Permasalahan tiket ini selalu saja menjadi problematika bagi Bobotoh, dari mulai calo sampai dengan sobekan tiket maupun tanpa tiket. Sekarang malah diperparah dengan ketidakaturannya sistem tiket tersebut. Sebuah penomeran tiket bukan menjadi kenyamanan untuk bobotoh namun sebagai satu masalah baru. 

Dipertandingan kemarin saja antara PERSIB vs Persela, disebelah tribun timur Si Jalak Harupat, banyak sekali bobotoh yang mencari kesana kemari no kursi dari tiket tersebut dan banyak sekali bobotoh yang berdiri sedangkan dia memegang tiket. Bisa dilihat dari Gambar di samping ini 

Dari gambar tersebut, sangat jelas jika PANPEL PERSIB dalam hal ini belum siap dalam memberikan pelayanan yang baik untuk para penonton. Penomoran kursi dalam kondisi seperti ini bukan suatu kemajuan PANPEL dalam memberikan kenyamanan bagi penonton, malah justru akan berdampak timbulnya masalah baru di dalam stadion. Keberadaan panpel di area tribun pun tidak akan bisa membantu dalam memberikan kenyamanan. Seperti yang saya saksikan sendiri, beberapa penonton meminta tanggung jawab PANPEL dalam penomoran kursi tapi “No. Sit No Seat” tidak menjamin nomor duduk sebagai kursi, bahkan nomor duduk tidak bisa duduk. 

Tetaplah PANPEL seorang manusia, akan tetapi diharapkan jangan katakan “CALIK MAH DIMANA WAÉ” karena dengan seperti itu tidak mengapresiasikan kami. Kalian diuntungkan oleh kami, seharusnya dibayar juga dengan kenyamanan kami.

Entah apa penyebabnya semua bisa seperti ini, ketidakaturan sistem selalu menjadi masalah. Namun saya yakin memberikan ketegasan kepada OKNUM adalah salah satu kuncinya. Karena tidak menutup kemungkinan OKNUM pun hidup didalam PANPEL sendiri, tanpa tiket bisa duduk mungkin itu buktinya.

Oleh karena itu, selagi PERSIB sedang berkembang, manajemen PERSIB semakin bagus diharapkan PANPEL pun semakin serius dalam memberikan kenyamanan pertandingan sebelum PANPEL menyelenggarakan pertandingan di Stadion yang megah, Gelora Bandung Lautan Api.

Sedikit memberikan masukan terhadap sistem tiket kepada PANPEL. Jika belum siap dengan penomoran kursi ini, salah satu solusinya adalah tidak adanya no kursi. Ini akan memberikan kebebasan bagi penonton untuk duduk dimana saja. Dan sistem tiketnya diganti menjadi “siapa cepat dia dapat”. Tapi apa pantas seperti demikian, dengan melihat kapasitas PERSIB sejajar dengan Manchester United dan lain-lainnya.

Tulisan ini bentuk kepedulian saya sebagai seorang bobotoh PERSIB dan kepedulian saya sebagai saudara bobotoh seluruh dunia, tidak menyalahkan satu pihak yang terkait, akan tetapi mengajak untuk mengapresiasikan diri secara bersama-sama lewat kesadaran tentang aturan hidup didalamnya. Mohon maaf jika didalamnya terdapat kata atau kalimat yang tidak berkenang.

“DUKUNG PERSIB MAKE TIKET; MAKE MANAH!  CING KARUNYA KA BATUR, TONG JADI OKNUM!”

Oleh: @cariosanaki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar